PURUSA DAN PRAKRTI
Ajaran Sankya dan Yoga adalah sangat berpengaruh besar pada ajaran agama Hindu khususnya di Indonesia. Kitab Tattwa Jnana, Wrhaspatitattwa adalah ajaran Sankhya Yoga dalam Saivapaksa, kedua kitab ini termasuk dalam bahasa Jawa kuna. Ajaran Sankhya merupakan ajaran yang sudah tua usianya. Buktinya baik kitab Sruti maupun Smerti dan juga Purana menunjukkan pengaruh ajaran Sankhya. Menurut tradisi pembangunnya adalah Rsi Kapila yang menulis Sankhya Sutra.
Namun karya tulis mengenai Sankhya yang sampai kepada kita ialah Sankhya Karika karya Iswarakrsna. Inilah karya tulis ajaran Sankhya tertua yang kita kenal. Menurut keterangan orang-orang pandai kata Sankhya artinya angka; sistim angka ini dipakai untuk menyusun urutan kebenaran tertinggi dari ajaran ini.
Sesuai tradisi Kapila dianggap anak Brahma, sementara yang lainnya mengatakan ia adalah seorang Awatara Wisnu, yang lain lagi mengidentifikasikan dia sebagai kelahiran Agni. Penjelasan ini kelihatannya bersifat mistik, tetapi yang jelas Kapila adalah Filosof yang telah meletakkan dasar-dasar filsafat Sankhya. Sistem filsafat Sankhya mempertahankan dualisme ontologis Prakrti dan jiwa-jiwa individual (Purusa). Sistem ini percaya dalam evolusi kosmos termasuk materi, kehidupan, dan pikiran di luar Prakrti yang eternal untuk memungkinkan tercapainya tujuan akhir jiwa-jiwa individu yang tak terbatas jumlahnya. Dualisme Prakrti dan Purusa merupakan doktrin fundamental sistem ini.
Sankhya mempertahankan suatu pemisahan yang tegas antara Purusa dan Prakrti dan selanjutnya mempertahankan pluralisme Purusa. Sistem ini tidak membahas keberadaan Tuhan. Dengan demikian Sankhya adalah sebuah spiritualisme pluralistik, sebuah realisme atheistik dan dualisme.
Purusa
Purusa adalah kesadaran murni, Purusa adalah roh, spirit, subyek yang mengetahui. Ia bukan tubuh, bukan pula indriya-indriya; ia bukan otak bukan pula pikiran (manas); bukan pula ego (ahamkara), bukan pula intelek (budi), Purusa bukan sebuah substan yang memiki sifat kesadaran. Kesadaran merupakan esensinya. Purusa adalah pengetahuan tertinggi merupakan fondasi semua pengetahuan, ia saksi diam yang terbebaskan, ia di luar jangkauan waktu dan ruangan. Ia disebut nistragunya, udasina, akarta kevala, madhyasta, saksi, drasta, sadaprakashwarupa, dan jnata.
Sankhya memberikan lima bukti bagi keberadaan Purusa, sebagai berikut:
1. Semua objek-objek majemuk eksis demi Purusha. Tubuh indriya-indriya pikiran (manas) dan intelek (budhi) semuanya sarana-sarana untuk merealisasikan tujuan Purusa.
2. Semua objek dibentuk atas ketiga guna dan oleh karena secara logika mempreposisi keberadaan Purusa yang merupakan saksi dari guna-guna ini dan ia sendiri berada diluar mereka.
3. Harus ada suatu persatuan sintetik transedental dari kesadaran murni untuk mengkoordinasikan semua pengalaman.
4. Prakerti yang tak berkesadaran tidak dapat mengalami produk-produknya. Jadi harus ada sebuah prinsip-prinsip kesadaran untuk produk baru dari duniawi yaitu Prakerti (yang dinikmati).
5. Ada orang-orang yang mencoba meraih kebebasan dari penderitaan dunia. Keinginan untuk meraih kebebasan dan emansipasi jiwa mengimplementasikan eksistensi dari seorang yang dapat mencoba dan meraih pembebasan.
Menurut Sankhya roh itu banyak jumlahnya yang masing-masing berhubungan dengan satu badan. Adanya banyak roh itu berdasarkan atas pertimbangan – pertimbangan, Sankhya memberikan tiga argumen berikut ini untuk membuktikan pluralitas Purusa, sebagai berikut:
1. Roh-roh memiliki organ-organ sensori dan motorik, dan mengalami kelahiran serta kematian yang terpisah.
2. Jika roh itu satu, belenggu pada seseorang harus berarti belenggu dari semua orang dan pembebasan pada seseorang harus berarti pembebasan semua orang.
3. Walaupun roh-roh yang telah mendapatkan emansipasi semuanya serupa dan berbeda hanya dalam jumlah karena semuanya berada di luar ketiga guna, namun roh-roh yang terbelenggu secara relatif juga berbeda dalam sifat-sifat, karena dalam beberapa hal satwam mendominasi, sementara dalam yang lainnya rajas doniman, dan tetap pada yang lainnya lagi tamas dominan, oleh karena itu mereka berbeda.
Prakrti
Prakrti artinya “yang mula-mula”, yang mendahului apa yang dibuat, ia berasal dari kata ‘pra’ (sebelum) dan ‘kr’ (membuat), yang mirip dengan maya dari Vedanta. Ia merupakan satu sumber dari alam semesta. Ia dibuat pradhana (pokok), karena semua akibat ditemukan padanya dan ia merupakan sumber dari alam semesta dan semua benda.
Pradhana atau Prakrti adalah kekal meresapi segalanya, tak dapat digerakkan dan cuma satu adanya, ia tak memiliki sebab, tetapi merupakan penyebab dari semua akibat. Prakrti hanya bergantung pada aktivitas dari unsur pokok guna-Nya sendiri (sifat metaphisikanya).
Prakrti merupakan ketiadaan kecerdasan, ibarat seutas tali dari tiga untaian yang terbentuk dari tiga guna. Prakrti hanyalah benda mati yang diperlengkapi dengan kemampuan tertentu yang disebabkan oleh guna. Prakrti merupakan dasar dari semua keberadaan obyektif, semua objek adalah untuk menikmati jiwa atau roh. Prakrti hanya menciptakan bila ia bergabung dengan Purusa seperti sebuah kristal dengan sekuntum bunga. Karya ini dilakukan guna pembebasan setiap roh. Seperti fungsi susu untuk menghidupkan anak sapi, demikianlah fungsi Prakrti untuk membebaskan sang roh.
Isvarakrishna, seorang filosof Sankhya memberikan lima bukti eksistensi Prakrti, sebagai berikut: “Efek ada karena apa yang tidak ada, tidak dapat dibuat menjadi ada dengan cara operasi dari sebuah penyebab, karena ada peristiwa kembali ke material, karena tidak ada produksi dari semuanya, karena penyebab yang luar biasa kekuatannya hanya mempengaruhi yang mampu untuk itu, dan karena tidak berada dari penyebabnya”.
Argumen di atas lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Efek harus ada di dalam penyebab, karena apa saja yang tidak eksis tidak akan pernah dapat dibuat menjadi ada, contohnya: susu tidak akan pernah dapat dibuat / diadakan dari pasir.
2. Efek harus ada di dalam penyebab, karena setiap efek memiliki penyebab material yang sesuai.
3. Efek harus ada di dalam penyebab, karena harus ada suatu hubungan kausal antara berbeda-beda yang eksis.
4. Efek harus secara potensial terkandung dalam penyebab, jika tidak demikian maka setiap penyebab dapat menimbulkan efek apa saja.
5. Efek harus ada di dalam penyebab, karena efek tidak pernah berbeda dari penyebabnya, misalnya secarik kain mempunyai kualitas yang sama dengan benangnya dari mana kain tersebut di buat /ditenun.
Efek-efek bersifat pluralistik, sementara Prakrti tunggal adanya, efek-efek tersebut ada dalam penyebabnya, sementara Prakrti tidaklah ada pada penyebab lain, efek bersifat terbatas, Prakrti tidak terbatas, efek dibangun oleh bagian, Prakrti tidak memiliki bagian, efek bersifat dapat dibedakan dan heterogen, sementara Prakrti bersifat tak dapat dibedakan dan homogen, efek lebih rendah atau bagian dari Prakrti, sementara Prakrti eksis sendiri dan independen. Prakrti adalah matriks seluruh alam semesta psiko-fisik penyebab pertama dari benda, kehidupan, pikiran, intelek dan ego. Dunia yang tak berkesadaran tidak dapat menjadi sebuah transformasi dari sebuah prinsip yang berkesadaran, karena spirit tidak dapat ditransformasikan menjadi benda.
No comments:
Post a Comment