Saturday, 15 February 2014

Filsafat Samkya

PURUSA DAN PRAKRTI

Sankya Yoga Darsana
Ajaran Sankya dan Yoga adalah sangat berpengaruh besar pada ajaran agama Hindu  khususnya di Indonesia. Kitab Tattwa Jnana, Wrhaspatitattwa adalah ajaran Sankhya  Yoga dalam Saivapaksa, kedua kitab ini termasuk dalam bahasa  Jawa kuna. Ajaran Sankhya merupakan ajaran yang sudah tua usianya. Buktinya baik kitab Sruti maupun Smerti dan juga Purana menunjukkan  pengaruh ajaran  Sankhya. Menurut tradisi pembangunnya  adalah Rsi Kapila yang menulis  Sankhya Sutra.
Namun karya tulis  mengenai Sankhya  yang sampai kepada kita ialah  Sankhya Karika karya Iswarakrsna. Inilah   karya tulis ajaran Sankhya tertua yang kita kenal. Menurut keterangan orang-orang pandai kata Sankhya  artinya angka; sistim angka ini dipakai untuk menyusun urutan kebenaran tertinggi dari ajaran ini.
Sesuai  tradisi Kapila dianggap anak Brahma, sementara yang lainnya mengatakan ia adalah seorang Awatara Wisnu, yang lain lagi mengidentifikasikan dia sebagai kelahiran Agni. Penjelasan ini kelihatannya bersifat mistik, tetapi yang jelas Kapila  adalah Filosof  yang telah  meletakkan dasar-dasar filsafat Sankhya. Sistem filsafat Sankhya mempertahankan dualisme ontologis Prakrti dan jiwa-jiwa individual (Purusa). Sistem ini percaya dalam evolusi kosmos termasuk materi, kehidupan, dan pikiran di luar Prakrti yang eternal  untuk memungkinkan tercapainya tujuan  akhir jiwa-jiwa individu yang tak terbatas  jumlahnya. Dualisme Prakrti dan Purusa merupakan doktrin fundamental  sistem ini.
Sankhya  mempertahankan suatu pemisahan yang tegas antara Purusa dan Prakrti dan selanjutnya mempertahankan pluralisme Purusa. Sistem ini tidak  membahas  keberadaan Tuhan. Dengan demikian Sankhya adalah sebuah spiritualisme   pluralistik, sebuah  realisme atheistik dan dualisme.

Purusa

Purusa adalah  kesadaran murni, Purusa adalah roh, spirit, subyek yang mengetahui. Ia bukan tubuh, bukan pula indriya-indriya; ia bukan otak bukan pula pikiran (manas); bukan  pula ego (ahamkara), bukan pula intelek (budi), Purusa bukan  sebuah substan yang memiki sifat kesadaran. Kesadaran merupakan  esensinya. Purusa adalah pengetahuan  tertinggi merupakan  fondasi semua pengetahuan, ia saksi diam yang  terbebaskan, ia di luar jangkauan waktu dan ruangan. Ia disebut  nistragunya, udasina, akarta kevala,  madhyasta, saksi, drasta, sadaprakashwarupa, dan jnata.
Sankhya memberikan lima bukti bagi keberadaan  Purusa, sebagai berikut:
1.    Semua objek-objek majemuk eksis demi Purusha. Tubuh indriya-indriya pikiran (manas) dan intelek (budhi) semuanya sarana-sarana untuk merealisasikan tujuan Purusa.
2.    Semua objek dibentuk atas ketiga guna dan oleh karena  secara logika  mempreposisi keberadaan Purusa yang merupakan  saksi dari guna-guna ini dan ia sendiri berada diluar mereka.
3.    Harus ada suatu persatuan sintetik  transedental dari kesadaran murni  untuk mengkoordinasikan  semua pengalaman.
4.    Prakerti yang tak  berkesadaran tidak dapat mengalami produk-produknya.  Jadi harus ada sebuah prinsip-prinsip kesadaran untuk produk baru dari duniawi yaitu Prakerti (yang dinikmati).
5.    Ada orang-orang yang mencoba meraih kebebasan dari penderitaan dunia. Keinginan untuk meraih kebebasan dan emansipasi jiwa mengimplementasikan eksistensi dari seorang yang dapat mencoba dan meraih pembebasan.
Menurut Sankhya roh itu banyak jumlahnya yang masing-masing berhubungan dengan  satu badan. Adanya banyak roh itu berdasarkan atas pertimbangan – pertimbangan, Sankhya memberikan tiga argumen berikut ini untuk membuktikan pluralitas  Purusa, sebagai berikut:
1.    Roh-roh memiliki organ-organ sensori dan motorik, dan mengalami kelahiran serta kematian yang terpisah.
2.    Jika roh itu satu, belenggu pada seseorang harus berarti belenggu dari semua orang dan pembebasan pada seseorang  harus berarti pembebasan semua orang.
3.    Walaupun  roh-roh yang  telah mendapatkan  emansipasi  semuanya  serupa dan berbeda hanya dalam jumlah karena  semuanya berada di luar ketiga guna, namun roh-roh yang terbelenggu  secara relatif juga berbeda  dalam sifat-sifat, karena  dalam beberapa  hal satwam mendominasi, sementara dalam yang lainnya rajas doniman, dan tetap pada yang lainnya  lagi tamas dominan, oleh karena itu mereka berbeda.

Prakrti

Prakrti  artinya “yang mula-mula”, yang mendahului apa yang dibuat, ia berasal  dari kata ‘pra’ (sebelum) dan ‘kr’ (membuat), yang mirip dengan maya dari Vedanta. Ia merupakan satu sumber  dari alam semesta. Ia dibuat pradhana (pokok), karena  semua akibat ditemukan padanya dan ia merupakan sumber dari alam semesta dan semua benda.
Pradhana atau Prakrti adalah kekal meresapi segalanya, tak dapat digerakkan dan  cuma satu adanya, ia tak  memiliki sebab, tetapi merupakan penyebab dari semua akibat. Prakrti hanya bergantung pada aktivitas  dari unsur pokok guna-Nya sendiri (sifat metaphisikanya).
Prakrti  merupakan ketiadaan kecerdasan, ibarat seutas tali dari tiga untaian yang terbentuk  dari tiga guna. Prakrti hanyalah benda mati  yang diperlengkapi dengan kemampuan tertentu yang disebabkan  oleh guna. Prakrti merupakan  dasar dari  semua keberadaan obyektif, semua objek adalah untuk menikmati jiwa atau roh. Prakrti hanya menciptakan  bila ia bergabung dengan  Purusa seperti sebuah kristal  dengan sekuntum bunga. Karya ini dilakukan guna pembebasan setiap roh. Seperti fungsi susu untuk  menghidupkan anak sapi, demikianlah fungsi Prakrti untuk membebaskan sang roh.
Isvarakrishna, seorang filosof  Sankhya memberikan lima bukti eksistensi Prakrti, sebagai berikut: “Efek  ada karena apa yang  tidak ada, tidak dapat dibuat menjadi ada dengan  cara operasi dari sebuah penyebab, karena ada peristiwa kembali ke material, karena  tidak ada produksi dari semuanya, karena  penyebab yang  luar biasa kekuatannya hanya mempengaruhi yang  mampu untuk itu,  dan karena tidak berada dari penyebabnya”. 
Argumen  di atas lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Efek harus ada di dalam penyebab, karena apa saja  yang tidak eksis tidak  akan  pernah dapat dibuat menjadi ada, contohnya: susu tidak akan pernah dapat dibuat / diadakan dari pasir.
2.    Efek harus ada di dalam penyebab, karena setiap efek memiliki penyebab material yang sesuai.
3.    Efek harus ada  di dalam penyebab, karena harus ada suatu hubungan kausal antara berbeda-beda yang eksis.
4.    Efek harus  secara potensial terkandung dalam penyebab,  jika tidak demikian maka setiap  penyebab dapat menimbulkan  efek apa saja.
5.    Efek harus ada di dalam penyebab, karena efek tidak pernah berbeda dari penyebabnya, misalnya secarik kain  mempunyai kualitas  yang sama dengan  benangnya dari mana kain tersebut di buat /ditenun.

Efek-efek  bersifat  pluralistik, sementara Prakrti tunggal adanya, efek-efek tersebut ada dalam penyebabnya, sementara Prakrti tidaklah ada pada penyebab lain, efek bersifat  terbatas, Prakrti tidak terbatas, efek dibangun oleh bagian, Prakrti tidak memiliki bagian,  efek bersifat  dapat dibedakan dan heterogen, sementara Prakrti bersifat tak dapat dibedakan  dan homogen, efek lebih rendah atau bagian  dari Prakrti, sementara Prakrti eksis sendiri dan  independen. Prakrti  adalah matriks seluruh alam semesta  psiko-fisik penyebab pertama dari benda, kehidupan, pikiran, intelek dan ego. Dunia yang tak  berkesadaran tidak dapat menjadi sebuah transformasi dari sebuah prinsip yang berkesadaran, karena spirit tidak dapat ditransformasikan menjadi benda.

No comments:

Post a Comment